Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Bekas minum manusia baik kafir mahupun muslim tidak najis. Yang najis adalah bekas minum haiwan yang air liurny najis, seperti anjing atau babi. Dalam istilah fiqih disebut dengan sebutan su’ru.
Bekas minum manusia baik kafir mahupun muslim tidak najis. Yang najis adalah bekas minum haiwan yang air liurny najis, seperti anjing atau babi. Dalam istilah fiqih disebut dengan sebutan su’ru.
Para ulama sepakat bahawa su’ru manusia
hukumnya tidak najis, meski manusia itu bukan muslim. Adapun dalil yang
menyebutkan bahawa orang-orang musyrik itu najis, bukan dalam makna
hakiki, melainkan makna majazi.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman,
Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka
mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir
menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari
karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. (QS At-Taubah: 28)
Kerana itulah maka ayat ini hanya
melarang orang-orang bukan muslim masuk ke wilayah haram Makkah. Dan
aturan ini sudah diterapkan oleh penguasa Saudi Arabia.
Tapi ayat ini sama sekali tidak melarang
orang kafir masuk ke masjid lantaran tubuhnya najis secara hakiki.
Dahulu orang-orang kafir yang datang kepada Rasulullah SAW bercampur
baur dengan umat Islam. Bahkan ada yang masuk ke dalam masjid. Namun
Rasulullah SAW tidak pernah diriwayatkan memerintahkan untuk
membersihkan bekas sisa orang kafir.
Sedangkan dalil yang secara langsung menyebutkan tidak najisnya bekas minum orang kafir, adaah hadits Abu Bakar berikut ini:
Rasulullah SAW diberikan susu lalu
beliau meminumnya sebahagian, lalu disodorkan sisanya itu kepada seorang
a`rabi (kafir) yang ada di sebelah kanannya dan dia meminumnya, lalu
disodorkan kepada Abu Bakar dan beliau pun meminumnya (dari bekas yang
sama) lalu beliau berkata,`Ke kanan dan ke kanan`. (HR al-Bukhari)
Hadits shahih ini menyebutkan petunjuk
bahawa Rasulullah SAW, orang kafir dan Abu Bakar ra minum daripada gelas
yang sama. Seandainya bekas minum orang kafir itu najis, maka tidak
mungkin Abu Bakar minum dari gelas bekas orang kafir, sementara
Rasulullah SAW ada bersama mereka.
Kecuali bila manusia itu baru saja meminum arak, maka hukum ludah atau su`ru-nya
mejadi haram, lantaran kekhuatiran masih adanya sisa-sisa arak. Tapi
sekali bukan kerana kekafirannya, sebab mungkin saja ada orang Islam
yang minum arak. Dan minum dengan gelas bekas minum arak hukumnya
haram, lantaran menghindari sisa araknya.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
(Sumber: Soaljawab)
loading...
hy guys ingin nmendapatkan uang jutaan rupiah gak ^^
ReplyDeleteayo segera bergabung dengan saya di FANSPOKER
disini hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian semua bisa menang jutaan rupiah lo
ayo tunggu apa lagi kami tunggu ya pendaftarannya ^^