عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.Kenapa bab niat menjadi yang pertama dan utama?
Ibarat berkirim surat, maka niat adalah alamat yang akan dituju. Jika alamat yang dituju sudah salah, maka salah alamat donk.
“Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharassamaawaati wal ardh haniifan musliman wama ana minal musyrikin. Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada wajah yang menciptakan langit & bumi dgn lurus, & aku bukan termasuk orang yg menyekutukan-Nya” (QS. Al-An’am, 6: 79).Inna shalati, wanusuki, wamahyaya, wamamati lillahi rabbil ‘alamin.
Segala apa yang ada pada diri ini, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanya untuk Allah semata.
Maka, bagaimana hukumnya jika melakukan selfie ketika beribadah,kemudian mengunggahnya di sosmed, apakah itu bisa mempengaruhi niatan kita dalam beribadah?
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَBerdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
(QS: Al-A’raf Ayat: 55)وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَDan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
(QS: Al-A’raf Ayat: 205)
Dalam surat itu sudah cukup menjawab bagaimana hukum berselfie ketika beribadah. Tidak mengeraskan suara agar orang-orang tidak mengetahui ibadah kita.
Saya kira pertanyaan ini cukup menohok buat kita, dan mengurungkannya kembali untuk berselfie ketika beribadah “Apakah kau ingin menunjukkan kepadaku bahwa kau sudah beribadah (puasa/haji/sholat/tilawah) ?”
Cukupkah hanya kita dan Allah saja yang berhak mengetahui tentang ibadah kita. Bukan dia, maupun mereka. Karena bisa jadi itu akan menimbulkan riya’. Maka sembunyikanlah ibadahmu seperti engkau menyembunyikan dosa-dosamu.
Sumber : ulfahuswatunhasanah
loading...
0 Response to "Hukum Selfie Tatkala Sedang Beribadah"
Post a Comment